METRO, (Begawinews.com) – Kota Metro tengah menghadapi lonjakan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang kian mengkhawatirkan. Dalam beberapa pekan terakhir, jumlah penderita DBD meningkat drastis di berbagai kecamatan, memicu kepanikan di kalangan masyarakat.
Kondisi ini mendorong Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Gerakan Rakyat Indonesia Bersatu (GRIB) untuk mendesak Pemerintah Kota (Pemkot) Metro agar membuka mata dan segera bertindak cepat serta melakukan langkah konkret, seperti fogging massal dan upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yang lebih masif.
Ketua GRIB Kota Metro, Aan Baron menyoroti lambannya respons Pemkot dalam menangani penyebaran DBD yang semakin meluas. Ia menilai tindakan pencegahan yang dilakukan sejauh ini masih minim dan belum menyentuh akar permasalahan.
“Kami melihat Pemkot Metro seakan kurang tanggap dalam menghadapi situasi ini. Padahal, setiap tahunnya DBD selalu menjadi ancaman serius, namun langkah pencegahan seperti fogging dan PSN masih belum berjalan maksimal,” kata dia menanggapi maraknya balita di Metro yang terserang DBD, Sabtu (25/1/2025).
Berdasarkan data yang dihimpun, jumlah penderita DBD mengalami peningkatan signifikan, terutama di wilayah Kecamatan Metro Barat, Metro Timur, dan Metro Pusat. Faktor utama yang berkontribusi terhadap lonjakan ini diduga berasal dari lingkungan yang kurang bersih, sistem drainase yang buruk, serta rendahnya kesadaran masyarakat terhadap pemberantasan sarang nyamuk.
Baron menyebut bahwa Warga di beberapa kelurahan mengaku resah dengan meningkatnya kasus DBD dan menilai bahwa pemerintah daerah belum mengambil langkah yang serius.
“Setiap tahun kasus DBD selalu meningkat, tapi langkah nyata seperti fogging masih sangat minim. Apa harus menunggu ada korban dulu baru mereka bertindak,” ucap Baron
Masyarakat juga menyoroti kurangnya sosialisasi mengenai pentingnya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di lingkungan sekitar. Banyak warga yang belum paham pentingnya melakukan langkah 3M (Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang) sebagai cara efektif untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes aegypti.
Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan, Ormas GRIB dengan tegas mendesak Pemkot Metro untuk segera melakukan langkah konkret dan tidak hanya bersikap reaktif ketika kasus sudah melonjak.
GRIB menyampaikan beberapa tuntutan kepada Pemkot, di antaranya ialah Fogging Massal di Seluruh Wilayah Rawan. GRIB meminta agar Pemkot segera melakukan fogging di wilayah-wilayah yang telah teridentifikasi sebagai daerah dengan tingkat kasus tinggi.
“Penyemprotan insektisida ini harus dilakukan secara merata dan tidak hanya terbatas pada laporan dari masyarakat, melainkan berdasarkan pemetaan epidemiologi dari Dinas Kesehatan,” jelasnya.
“Peningkatan Program PSN juga seharusnya menjadi agenda prioritas pemerintah. Program ini harus melibatkan seluruh elemen masyarakat dengan memberikan edukasi yang lebih intensif terkait pencegahan DBD melalui kebersihan lingkungan, penghapusan genangan air, dan pemantauan jentik secara berkala,” imbuhnya.
Tak hanya itu, Baron juga menilai bahwa diperlukan pembentukan Satgas DBD di Setiap Kelurahan. Untuk meningkatkan efektivitas penanganan DBD, GRIB mengusulkan pembentukan satuan tugas khusus di tingkat kelurahan yang terdiri dari tenaga kesehatan, perangkat desa, dan relawan.
“Satgas itu diperlukan dan bertugas melakukan monitoring kondisi lingkungan serta memberikan edukasi kepada warga setempat. Kami juga mendesak Pemkot agar memastikan ketersediaan larvasida bagi masyarakat sebagai langkah pencegahan dini. Selain itu, pemeliharaan dan penyediaan alat fogging yang memadai menjadi kebutuhan mendesak untuk menghadapi penyebaran penyakit ini,” terangnya.
Kesan tutup mata yang seolah ditunjukkan oleh Pemkot Metro justru menuai kritik dari berbagai kalangan, yang menilai bahwa Pemkot Metro seharusnya lebih sigap dan terorganisir dalam menghadapi wabah yang berulang setiap tahunnya.
“DBD ini bukan masalah baru, seharusnya sudah ada sistem yang lebih terstruktur untuk menanganinya. Jangan hanya sebatas imbauan, tapi perlu aksi nyata di lapangan,” tegas Ketua GRIB.
Dengan kondisi yang semakin darurat, masyarakat Metro berharap agar Pemkot segera melakukan aksi nyata dan tidak menganggap remeh wabah ini. Kolaborasi antara pemerintah, organisasi masyarakat, dan warga sangat dibutuhkan untuk menekan angka kasus dan mencegah jatuhnya korban jiwa.
Ormas GRIB pun berkomitmen untuk terus mengawal perkembangan kasus ini dan memastikan bahwa Pemkot benar-benar menjalankan tugasnya dalam melindungi kesehatan warga. Mereka juga berencana untuk melakukan aksi sosial dengan memberikan edukasi dan bantuan alat pemberantasan sarang nyamuk kepada masyarakat sebagai bentuk kontribusi nyata dalam menghadapi wabah DBD.
Pemerintah Kota Metro kini dihadapkan pada ujian serius dalam menangani lonjakan kasus DBD. Mampukah mereka bergerak cepat dan efektif untuk menanggulangi penyebaran virus ini? Ataukah tindakan yang lamban justru akan memperburuk situasi di masa mendatang? Warga Metro menunggu jawaban yang nyata, bukan sekadar janji-janji yang berulang. (*/Red)